CBRT
(COGNITIVE BEHAVIOR REWARD THERAPY)
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Gangguan jiwa merupakan gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,
proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).Gangguan
jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya)
(Stuart & Sundeen, 1998). Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa
mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan
disebabkan oleh kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau
mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan
jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat
guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini
hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa
tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).
National Institue Mental Health (2010),
menyatakan kejadian gangguan jiwa terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Diperkirakan 26.2% penduduk Amerika usia lebih dari 18 tahun mengalami gangguan
jiwa setiap tahunnya. Artinya satu dari empat penduduk dewasa mengalami
gangguan jiwa. Berdasarkan data tersebut sebanyak satu (6%) dari 17 penduduk
dewasa mengalami gangguan jiwa berat. Saat ini diperkirakan 45% penduduk
mengalami sedikitnya dua gangguan dengan derajat berat hingga dapatmenimbulkan
kematian. Sedangkan pada tahun 2011, berdasarkan survei yang dilakukan oleh
MMWR (Centers for Disease control and prevention) mendapatkan data bahwa
97.9 tiap 10.000 penduduk menjalani perawatan di Rumah Sakit jiwa yang berkisar
usia 18 hingga 64 tahun dan sebagian besar di diagnosa mengalami gangguan mood
(Frieden et al, 2011).
Gangguan jiwa menjadi masalah
terbesar yang menyebabkan Years lived withdisability (YLDs) atau
penurunan bahkan kehilangan produktivitas. Global Burden of Disease study 2004
update oleh World Health Organizations (WHO, 2008)menyatakan 1/3
YLDs disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa, diikuti oleh penyebablainnya
seperti kehilangan pendengaran, proses menua, katarak, osteoartritis.Gangguan
jiwa berada dalam rentang V hingga VII dari skala kelas I hingga VII
setaradengan penyakit kanker kronik, migrain berat dan quadriplegia yang
merupakanpenyakit penyebab YLDs. Populasi dunia yang mencapai 6.5 milliar
penduduk padatahun 2004, sebanyak 18.6 juta (29%) menjadi tidak produktif dan
79.7 juta (12.4%)mengalami YLDs berat. Rentang usia terjadi pada 5% pada usia
1-14 tahun, 15% saatusia 15-59 tahun dan 46% pada usia ≥ 60 tahun.Ketidakmampuan
yang terjadi pada klien dengan gangguan jiwa menyebabkanpenderita menjadi tidak
produktif dalam bekerja, tidak dapat berkontribusi terhadapkualitas sosial,
ekonomi, kesejahteraan masyarakat serta dalam peningkatan kehidupan,bahkan membuat
penderita tergantung pada orang lain sehingga menjadi beban bagikeluarga,
masyarakat dan negara. Beban yang terbesar dirasakan oleh negara adalah
penggunaan 75 % dari penghasilan negara dari sektor pajak untuk
membiayaipenderita skizofrenia lebih dari biaya untuk gengguan jiwa
jenis lainnya (Stuart, 2009).Dampak lainnya akibat gangguan jiwa dapat terlihat
dari beban akibat gangguan jiwayang bersifat kronis dan ketidakmampuan yang
diakibatkannya dihitung dengan indikator DALY‟s (Disability Adjusted
Life Years) atau hilangnya nya waktu produktif dalam setahun.
Pelayanan
kesehatan untuk mengatasi masalah gangguan jiwa telah berkembang sejak tahun
1980-an. Psikoterapi telah dikembangkan sejak tahun 1952 oleh Hans, J, Eysenck.
Psikoterapi merupakan penatalaksanaan gangguan emosi, perilaku, kepribadian,
psikiatri yang terutama didasarkan pada komunikasi dan intervensi verbal atau
nonverbal dengan pasien, berbeda dengan penatalaksanaan menggunakan upaya kimia
dan fisik (Stedman, 2005). Psikoterapi menjadi lebih efektif jika dibandingkan
terapi medis dalam evaluasi jangka panjang. Hal ini dimungkinkan terjadi karena
psikoterapi bertujuan untuk membantu pasien dan/atau keluarga merubah pola
kognitif, perilaku yang didasari pemahaman mendalam mengenai masalah yang
dialami oleh pasien serta keluarganya. Pola kogitif, perilaku, rutinitas
keluarga dan mekanisme koping maladaptif yang selama ini digunakan menjadi
faktor dasar yang dirubah menjadi adaptif dalam psikoterapi dan hal ini berbeda
dengan terapi berbasis farmakoterapi yang lebih fokus menstabilkan kondisi
pasien.
Untuk mengatasi hal tersebut pasien
perlu di berikan terapi CBRT (Cognitive
Behavioural Reward Therapy) yang merupakan
kombinasi dari terapi cognitive dan behaviourTherapy dan Reward Therapy. CBRT
adalah intervensi terapeutik yang bertujuan untuk mengurangi tingkah laku
mengganggu dan maladaptif dengan mengembangkan proses kognitif dengan pemberian
sebuah reward setelah berhasil melakukan terapi secara mandiri. Terapi CBRT
merupakan bentuk dari reinforsement positif yang digunakan baik
secaraindividu maupun kelompok pasien di ruang psikiatri atau pasien anak-anak
(Stuart & Laraia,2006). CBRT
didesain bagi pasien penyakit mental agar menghasilkan perilaku yang diinginkan
dengan pemberian sebuah reward melalui pemberian token selama proses terapi
sehingga memunculkan respon yang diinginkan seperti memakai baju sendiri, makan
tanpa bantuan, atau menyelesakan tugas secara baik. Token-token ini nantinya
dapat ditukar untuk mendapatkan primary reinforcer, yaitu sesuatu yang
diinginkan dan dinikmati orang lain seperti: baju baru, interaksi sosial,
kosmetik, menonton film, dll. Pelaksanaan dalam CBRT meliputi mengidentifikasi
kemampuan interpersonal yang positif dan perilaku self care klien yang
akan dikuatkan dan mendapatkan dispensasi berupa tanda pada klien apabila kemampuannya
meningkat (McMonagle &Sultana,2004). Menurut Yustinus (2007) Token adalah
pembuatan simbolis, seperti halnya dengan poker chip yang kemudian dapat
ditukarkan dengan barang-barang atau hal-hal yang lain,merupakan bentuk
langsung dari pemerkuat, seperti manisan atau penghargaan bertambah.
1.2
Tujuan Terapi CBRT
1.
Tujuan Umum:
Membantu
individu untuk dapat menolong diri sendiri dengan mengajarkan cara mengubah
pikiran dan perilaku negatif menjadi positif melalui pembelajaran dan latihan
terhadap kognitif dan perilaku dengan pemberian reward sehingga memungkinkan
bagi klien untuk melakukan koping yang kontruktif dalam jangka waktu yang
panjang di masa yang akan datang.
2.
Tujuan Khusus:
Klien
mampu :
a. Mengemukakan
pikiran dan perilaku yang negatif/menganggu
b. Melakukan
latihan terapi kognitif untuk melawan pikiran negatif yang menganggu
c. Melakukan
latihan terapi perilaku untuk melawan perilaku negatif yang dilakukan.
d.
Meningkatkan kemampuan
klien terhadap perawatan diri
e.
Meningkatkan kemampuan
klien mengontrol perilaku kekerasan
f.
Meningkatkan kemampuan
klien dalam interaksi sosial
g. Meningkatkan
kemampuan klien terhadap harga diri rendah
h.
Meningkatkan kemmapuan
klien mengontrol halusinasi
i. Meningkatkan
kemandirian klien
BAB
II
PELAKSANAAN
COGNITIVE BEHAVIOURAL REWARD THERAPY (CBRT)
1.
Pengertian
Terapi
perilaku kognitif merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang didasarkan pada
teori bahwa tanda-dan gejala fisiologis berhubungan dengan interaksi antara
pikiran, perilaku dan emosi (Pedneault, 2008). Menurut Epigee (2009) terapi
perilaku kognitif merupakan terapi yang didasari dari gabungan beberapa
intervensi yang dirancang untuk merubah cara berpikir dan memahami situasi dan
perilaku sehingga mengurangi frekuensi reaksi negatif dan emosi yang
mengganggu. Sedangkan reward therapy (token ekonomi) adalah bentuk dari reinforsement positif
yang digunakan baik secara individu maupun kelompok pasien di ruang psikiatri
atau pasien anak-anak dengan teknik berdasarkan prinsip-prinsip pengkondisian
operan yang didesain bagi pasien penyakit mental agar menghasilkan perilaku
yang diinginkan. (Stuart &Laraia,2006). Jadi, CBRT merupakan kombinasi
terapi perilaku kognitif dan token ekonomi dengan mengubah pola berpikir
sehingga mampu menghasilkan perilaku adaptif dengan cara pemberian reward pada
pasien yang memiliki fungsi kognitif utuh yang diukur dengan skala SPMSQ.
2.
Tujuan
Terapi
CBRT adalah salah satu bentuk terapi psikososial yang merubah pola pikir
negatif menjadi positif sehingga perilaku maladaptif yang timbul akibat pola
pikir yang salah juga akan berubah menjadi perilaku yang adaptif dengan
pemberian reward/hadiah yang pada akhirnya diharapkan individu memiliki
kemampuan untuk bereaksi secara adaptif dalam menghadapi masalah atau situasi
sulit dalam setiap fase hidupnya.
3.
Indikasi
Terapi
CBRT diberikan kepada individu dengan indikasi gangguan klinis seperti :
depresi, ansietas, isolasi sosial, harga diri rendah, obsessive compulsive
disorder, PTSD, psikosis, marah/amuk, masalah keluarga, dan kerusakan
personality (Royal College of Psychiatris, 2005 & FIK-UI, 2009).
4.
Pelaksanaan Terapi
Pada
proses pelaksanaan terapi perilaku kognitif dibagi dalam 5 sesi, setiap sesi
dilaksanakan selama 30-45 menit untuk setiap klien.
5.
SESI I CBRT: Pengkajian
Pengalaman berupa ancaman yang
terjadi pada diri seseorang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan memproses
informasi secara efektif, oleh Aaron T. Beck dikenal dengan distorsi kognitif.
Proses tersebut yang membuat seseorang sering mempunyai pikiran negatif yang
selanjutnya akan mempengaruhi perilaku yang ditunjukannya. Orang dengan
gangguan jiwa sering tidak dapat menghasilkan pemikiran logis yang rumit dan
mengungkapkan kalimat yang koheren karena neurotransmisi dalam sistem
pengolahan informasi otak rusak (Stuart, 2009).
Pengolahan informasi dari klien
gangguan jiwa mengalami perubahan karena defisit otak. Namun, gangguan dalam
fungsi kognitif sering membuat orang gangguan jiwa mempunyai ide-ide dan
perilaku berbeda dari orang lain. Hal ini tampak dalam kesalahan interpretasi
persepsi diri dan kemampuan yang muncul pada klien isolasi sosial. Kesalahan
dalam pengolahan informasi pada klien gangguan jiwa ini yang sering dinamakan
sebagai distorsi kognitif.
Terapi kognitif mengusulkan bahwa
bukan peristiwa itu sendiri yang menimbulkan kecemasan dan respon maladaptif
melainkan penilaian orang terhadap harapan, dan interpretasi dari peristiwa
ini. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku maladaptif dapat diubah oleh keputusan
langsung terhadap pikiran dan keyakinan seseorang (Beck, 1976, 1995 dalam
Stuart, 2009) Secara khusus, terapi kognitif percaya bahwa respon maladaptif
timbul dari distorsi kognitif, distorsi tersebut dapat meliputi kesalahan
logika, kesalahan dalam penalaran, atau pandangan dunia individual yang tidak
mencerminkan realitas yang distorsi mungkin baik positif atau negatif.
STRATEGI
PELAKSANAAN KEGIATAN SESI I CBRT: Pengkajian
A.
Tujuan
1.
Klien mampu mengungkapkan pikiran otomatis yang negatif tentang dirisendiri,
perasaan dan perilaku negatif yang dialami klien (assessment) serta
mampu mempertahankan perubahan perilaku adaptif.
2.
Latihan cara untuk mengatasi pikiran negatif dan perilaku maladaptif
B.
Setting
1.
Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan yang ada di ruang rawat inapklien
2.
Suasana ruangan harus tenang
3.
Klien duduk berhadapan dengan terapis
C.
Alat
1.
Format evaluasi proses
2.
Format dokumentasi
3.
Format jadwal kegiatan harian
4.
Catatan harian klien
5.
Buku reward pasien
6.
Alat tulis
D.
Metode
Diskusi
dan tanya jawab
E.
Langkah-Langkah Kegiatan
1.
Persiapan
Pada
tahap persiapan, terapis melakukan kegiatan :
a. Membuat
kontrak dengan klien bahwa terapi akan dilaksanakan secara individu dalam 5
(lima) sesi, selama 30 menit. Jika klien berhasil melewati masing-masing sesi
sesuai kriteria maka klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya, jika tidak
maka klien akan mengulangi sesi tersebut.
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a. Salam
terapeutik
1) Salam
dari terapis
2) Perkenalan
nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan
nama dan panggilan klien
b. Evaluasi/validasi
1)
Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini terkait dengan
2)
pengalaman traumatis yang dialaminya
c. Kontrak
1) Menyepakati pertemuan sesi 1
2) Menjelaskan tujuan pertemuan pertama
yaitu:
a) Membantu
klien mengungkapkan pikiran otomatis yang negatif tentang diri sendiri,
perasaan dan perilaku negatif yang dialami klien (assessment) terkait
pengalaman traumatis yang dialami
b) Latihan
cara untuk mengatasi pikiran negatif dan merubah perilaku maladaptif
3) Terapis menjelaskan aturan sebagai
berikut:
a) Lama
kegiatan 30 menit
b) Klien
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Klien
berperan aktif dalam mengungkapkan perasaan, pikirandan perilakunya.
3.
Fase Kerja
a. Terapis
mendiskusikan tentang Pikiran otomatis yang negatif tentang diri sendiri
setelah mengalami kejadian traumatis, perasaan dan perilaku negatif yang muncul
akibat pikiran negatif setelah mengalami kejadian traumatis dan mencatat
pikiran, perasaan dan perilaku negatif dalam buku kerja klien
b. Melatih
satu pikiran otomatis negatif Pada tahap ini terapis dan pasien memilih satu
pikiran negatif yang akan dilatih untuk mengatasinya, mencatat pikiran positif
untuk mengatasi pikiran negatif dalam buku kerja klien dan melatihkan cara
untuk mengatasi satu pikiran negatif
c. Terapis
memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
4.
Terminasi
a.
Evaluasi
1) Menanyakan
perasaan klien setelah latihan
2) Mengevaluasi
kemampuan mengenali pikiran negatif, perasaan dan perilaku maladaptif yang
dialami terkait dengan pengalaman traumatis
3) Mengevaluasi
kemampuan klien dalam melatih cara untuk mengatasi satu pikiran otomatis
negatif
4)
Memberikan umpan balik
positif atas kerjasama klien yang baik
b.
Tindak lanjut
1) Mencatat
pikiran, perasaan dan perilaku negatif lainnya yang belum disebutkan selama
sesi berlangsung pada buku kerja klien
2) Menganjurkan
klien untuk latihan mandiri cara untuk mengatasi pikiran negatif yang sudah
dipelajari
c.
Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati
topik percakapan pada sesi 2 yaitu klien mampu mengatasi pikiran otomatis
negatif yang kedua
2) Menyepakati
waktu dan tempat untuk pertemuan sesi 2
F.Evaluasi dan
Dokumentasi
1. Evaluasi
Proses
Evaluasi
dilakukan saat proses terapi perilaku kognitif berlangsung, khususnyapada tahap
fase kerja. Keaktifan klien, keterlibatan klien dan prosespelaksanaan kegiatan
secara keseluruhan.
Format
Evaluasi Proses Terapi Perilaku Kognitif
Sesi 1 CBT: Pengkajian

2. Dokumentasi
Dokumentasikan
kemampuan yang dimiliki klien saat terapi perilaku kognitif pada catatan proses
keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti terapi perilaku kognitif sesi 1, klien mampu mengungkapkan pikiran
otomatis yang negatif tentang diri sendiri, perasaan dan perilaku negatif yang
dialami klien, memilih satu pikiran negatif, mengidentifikasi hal positif dan
latihan satu pikiran negatif otomatis, klien dapat melanjutkan untuk mengikuti
sesi 2. Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti terapi perilaku kognitif sesi 1, klien belum mampu mengungkapkan
pikiran otomatis yang negatif tentang diri sendiri, perasaan dan perilaku
negatif yang dialami klien, dianjurkan klien untuk melatih diri di secara
mandiri.
6. SESI II CBRT:
Terapi Kognitif
Terapi
kognitif berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau
bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain yang lebih positif.
Selain itu, terapi juga memfokuskan pada upaya membelajarkan klien agar dapat
memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam berbagai peristiwa kehidupan.
Pada sesi ini klien akan mengevaluasi pikiran negatif yang masih ada dan
melanjutkan dengan melatih mengatasi pikiran negatif yang kedua menggunakan pikiran
positif.
STRATEGI
PELAKSANAAN KEGIATAN SESI II. CBRT: Terapi Kognitif
A. Tujuan
1. Klien
mampu mereview pikiran otomatis yang negatif yang masih ada yang berkaitan
dengan diri sendiri.
2.
Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi
pikiran otomatis negatif yang kedua
B.
Setting
1. Pertemuan
dilakukan di satu ruangan yang ada di ruang rawat inap klien
2. Suasana
ruangan harus tenang
3. Klien
duduk berhadapan dengan terapis
C. Alat
1.
Format evaluasi proses
2.
Format dokumentasi
3.
Format jadwal kegiatan
harian
4.
Buku Reward
5.
Alat tulis
D.
Metode
Diskusi
dan tanya jawab
E.
Langkah-Langkah Kegiatan
1.
Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a. Salam
terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan
bagaimana perasaan klien saat ini
2) Menanyakan
pikiran otomatis yang negatif yang belum didiskusikan pada sesi 1
3) Menanyakan
apakah pikiran otomatis negatif yang pertama masih sering muncul dan
mengevaluasi kemampuan klien terkait latihanuntuk mengatasi pikiran otomatis
negatif yang pertama
4) Menanyakan
apakah klien sudah memilih pikiran otomatis negatif yang kedua untuk hari ini
c.
Kontrak
1) Menyepakati
terapi sesi 2
2) Menjelaskan
tujuan pertemuan sesi 2 yaitu mereview pikiran otomatis yang negatif yang
berkaitan dengan dirinya. Dan belajar cara mengatasi yang pikiran otomatis
negatif yang kedua
3) Menyepakati
tempat dan waktu
3. Fase Kerja
a. Evaluasi
kemampuan dan hambatan klien dalam membuat catatan harian di rumah
b. Diskusikan
dengan klien untuk memilih satu pikiran otomatis negatif kedua yang ingin
diselesaikan dalam pertemuan kedua ini
c. Diskusikan
cara melawan pikiran otomatis negatif kedua dengan cara yang sama seperti dalam
melawan pikiran otomatis negatif yang pertama yaitu dengan memberi tanggapan
positif (aspek-aspek positif yang dimiliki klien) dan minta klien mencatatnya
dalam lembar cara melawan pikiran otomatis negative
d. Latih
kembali klien untuk menggunakan aspek-aspek positif klien dalam melawan pikiran
otomatis negatif keduanya dengan cara yang sama seperti sesi pertama.
e. Tanyakan
tindakan klien yang direncanakan untuk mengatasi pikiran otomatis negatif
keduanya tersebut.
f. Motivasi
klien berlatih untuk pikiran otomatis yang lain
g. Memberikan
pujian terhadap keberhasilan klien.
h. Terapis
memberi reinforcement positif terhadap keberhasilan klien
4.
Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis
menanyakan perasaan klien setelah latihan mengatasi pikiran otomatis negatif
yang kedua.
2) Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan klien
b.
Tindak lanjut
1) Anjurkan
klien untuk latihan untuk pikiran otomatis negatif yang lain.
2) Anjurkan
klien untuk melatih cara mengatasi pikiran otomatis negatif yang lain secara
mandiri
3) Menganjurkan
klien untuk mengidentifikasi aspek-aspek positif lainnya dalam menanggapi
pikiran otomatis negatif kedua yang belum diidentifikasi dalam pertemuan kedua
ini dan mencatatnya dalam buku catatan hariannya
c. Kontrak yang
akan datang
1) Menyepakati
topik percakapan pada sesi 3 yaitu menyusun rencana tindakan untuk mengatasi
perilaku negatif dengan memberikankonsekwensi positif dan konsekwensi negatif
kepada klien
2) Menyepakati
waktu dan tempat untuk pertemuan sesi 3
F. Evaluasi dan
Dokumentasi
1.
. Evaluasi Proses
Evaluasi
dilakukan saat proses CBT berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien melatih cara mengatasi pikiran otomatis negatif yang
kedua.
Format
Evaluasi Proses CBT
Sesi 2 CBT: Terapi kognitif

2. Dokumentasi
Dokumentasikan
kemampuan yang dimiliki klien saat terapi perilaku kognitif pada catatan proses
keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti terapi perilaku kognitif sesi 2, klien mampu mereview pikiran negatif
dan pikiran otomatis yang negatif serta cara penyelesaian masalah. Klien dapat
melanjutkan untuk mengikuti sesi 3. Jika klien dianggap belum mampu, maka
catatan keperawatan adalah klien mengikuti terapi perilaku kognitif sesi 2,
klien belum mampu mereview pikiran negatif serta cara penyelesaian masalah,
dianjurkan klien untuk melatih diri di mandiri /mengulangi sesi 2.
7.
SESI III. CBRT: Terapi Perilaku
Perilaku
merupakan respon yang timbul secara eksternal, dipengaruhi oleh stimulus
lingkungan & dapat dikontrol secara primer oleh konsekuensi-konsekuensinya.
Perilaku dapat diamati, diukur, & dicatat oleh diri sendiri maupun orang
lain. Perilaku dapat ditingkatkan frekuensi terjadinya melalui reinforcement.
Modifikasi perilaku seperti itu menurut Murray dan Wilson disebut operant
conditioning. Dalam operantconditioning ini lingkungan sosial
digunakan untuk membantu klien dalam meningkatkan kontrol terhadap perilaku
yang berlebihan atau berkurang. Intervensi Perubahan Perilaku menerapkan teori
belajar untuk persoalan hidup dengan tujuan membantu orang mengatasi kesulitan
dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan kesulitan ini sering terjadi bersama
dengan masalah kesehatan atau kondisi psikiatris. Perawat dapat menggunakan
prinsip-prinsip berikut untuk memandu intervensi perubahan perilaku klien
(Stuart, 2009):
1. Semua
perubahan adalah perubahan diri. Klien adalah peserta aktif dan agen utama
perubahan. Perawat dan penyedia perawatan kesehatan lainnya adalah pelatih,
bukan pelaku perubahan.
2. Self-efficacy
sangat penting. Klien perlu merasa bahwa mereka
mengendalikan kehidupan mereka sendiri dan menerima tanggung jawab atas upaya
mereka. Semua klien memiliki kekuatan.
3. Pengetahuan
tidak berubah sama. Pendidikan adalah hanya salah satu bagian dari proses perubahan.
Klien perlu untuk mentransfer apa yang mereka ketahui ke dalam tindakan yang
mereka ambil.
4. Sebuah
aliansi terapi membantu klien memulai dan mempertahankan perubahan. Dimensi responsif
dan tindakan tentang hubungan perawat-klien adalah bahan penting untuk
perubahan.
5. Harapan
adalah penting. Semua intervensi yang efektif didasarkan pada harapan positif
dan penuh harapan bahwa kehidupan bisa lebih baik.
Kesiapan untuk berubah terkait
dengan motivasi seseorang atau apa yang disebut kesiapan sebagai motivasi.
Elemen sentral dalam meningkatkan motivasi dan perubahan perilaku akhirnya
adalah untuk memperhitungkan kesiapan orang untukberubah. Perubahan perilaku
terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu (Prochaskaet al, 1992 dalam Stuart,
2009). Menyebutkan tahapan perubahan, yaitu:Tahappertama dari perubahan
adalah precontemplation. Pada tahap ini orang tidak berpikir bahwa
mereka memiliki masalah, sehingga mereka tidak mungkin untuk mencari bantuan
atau berpartisipasi dalam pengobatan. Dalam bekerja dengan klien ini tujuannya
adalah untuk mendengarkan klien dan menciptakan iklim dimana klien dapat
mempertimbangkan, menjelajahi, atau melihat nilai manfaat dari perubahan.
Tahap
kedua perubahan adalah kontemplasi. Hal ini
ditandai dengan gagasan "ya, tapi." Seringkali klien menyadari bahwa
perubahan diperlukan, tetapi mereka tidak yakin dan ragu-ragu tentang apakah
perlu usaha, waktu, dan energi untuk mencapainya. Mereka ambivalen tentang apa
yang mereka mungkin harus menyerah jika mereka membuat perubahan. Dalam bekerja
dengan klien ini tujuannya adalahuntuk menciptakan lingkungan yang mendukung
dimana klien dapat mempertimbangkan perubahan tanpa merasa tertekan untuk
melakukannya. Jika klien didorong untuk mengubah dalam fase ini mereka
cenderung aktif menolak.
Tahap
ketiga perubahan adalah persiapan. Pada saat ini
klien telah membuat keputusan untuk berubah dan menilai bagaimana keputusan
yang terasa. Klien dapat dibantu untuk memilih tujuan pengobatan yang realistis
dan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka perlu secara aktif
terlibat dalam merancang strategi mereka sendiri untuk perubahan.
Tahap
keempat perubahan adalah tindakan. Klien sekarang
memiliki komitmen yang kuat untuk berubah dan telah mengidentifikasi rencana
untuk masa depan. Mereka harus memberikan dukungan emosional dan membantu dalam
mengevaluasidan memodifikasi rencana mereka dari tindakan yang akan sukses.
Tahap
kelima perubahan adalah pemeliharaan. Perubahan
terus, dan fokus ditempatkan pada klien apa yang perlu dilakukan untuk
mempertahankan atau mengkonsolidasikan keuntungan. rencana pencegahan
Mengantisipasi ancaman potensial untuk kambuh dan berkembang adalah penting.
Setiap kambuh harus dilihat sebagai bagian dari proses perubahan dan bukan
sebagai kegagalan.
Tahap
keenam dan terakhir adalah terminasi. Hal ini
didasarkan pada gagasan bahwa seseorang tidak akan terlibat dalam perilaku lama
dalam kondisi apapun. Dengan demikian, mungkin lebih dari ideal dari tahap
dicapai. Kebanyakan orang tinggal dalam tahap pemeliharaan dimana mereka menyadari
ancaman yang mungkin untuk mengubah mereka inginkan dan memonitor apa yang
harus mereka lakukan untuk menjaga perubahan tempat. Klien lebih mungkin untuk
terlibat dalam mengubah perilaku ketika penyedia mereka menilai kesiapan mereka
untuk intervensi perubahan dan merencanakan perubahan yang sesuai. Terapi
perilaku digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif sehingga klien
mengerti ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan mempelajari strategi dan cara
baru dalam menghadapi masalah. Teknik perilaku yang diajarkan dalam sesi ini
berupa relaksasi, deep breathing, cara komunikasi dan sosialisasi yang benar.
Pemberian reinforcement positif secara terjadual terhadap pelaksanaan perilaku
baru akan meingkatkan penggunaan perilaku baru yang positif tersebut dalam
menghadapi masalah.
STRATEGI
PELAKSANAAN KEGIATAN SESI III. CBRT: Terapi Perilaku
A.
Tujuan
1. Klien
mampu memilih perilaku negatif yang akan dirubah
2. Klien
mampu mengidentifikasi perilaku positif yang dimiliki
3. Klien
mampu mengidentifikasi perilaku positif yang baru untuk mengubah perilaku
negatif
4. Klien
mampu menyusun rencana perilaku untuk mengubah perilaku negatif yang muncul
akibat stressor mengalami gempa dengan memberikan konsekuensi positif dan
konsekuensi negatif kepada klien
5. Klien
mampu menampilkan perilaku yang adaptif dalam mengatasi masalah-masalah yang
timbul
B. Setting
1. Pertemuan
dilakukan di salah satu ruangan yang ada di ruang rawat inap klien
2. Suasana
ruangan harus tenang
3. Klien
duduk berhadapan dengan terapis
C. Alat
1. Format
Evaluasi proses
2. Format
dokumentasi
3. Format
jadwal kegiatan harian
4. Buku
reward
5. Alat
tulis
D.
Metode
Diskusi
dan tanya jawab
E.
Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam
terapeutik
b. Salam
dari terapis kepada klien
c. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan
bagaimana perasaan klien saat ini
2) Menanyakan
pada klien tentang kemampuan latihan cara mengatasi pikiran otomatis yang
negatif yang sudah dilatih sebelumnya
3) Menanyakan
pada klien apakah pikiran negatif yang pertama dan kedua masih sering muncul
dan bagaimana hasil latihan klien secara mandiri untuk mengatasi pikiran
otomatis negatif
4) Memberikan
pujian atas keberhasilan klien dalam usaha untuk menyelesaian masalah.
5) Menanyakan
pada klien perilaku mana yang akan dilatih untuk dirubah pada pertemuan ini
d.
Kontrak
1) Menyepakati
terapi sesi 3
2) Menjelaskan
tujuan sesi 3 yaitu memilih satu perilaku negatif untuk diubah,
mengidentifikasi perilaku positif yang dimiliki, mengidentifikasi perilaku baru
yang positif untuk mengatasi perilaku negatif, menyusun rencana tindakan untuk
mengatasi perilaku negatif dengan memberikan konsekwensi positif dan
konsekuensi negatif kepada klien
3) Menyepakati
tempat dan waktu
3.
Fase Kerja
a. Terapis
mendiskusikan dengan klien perilaku negatif yang muncul dari pikiran otomatis
negatif setelah mengalami kejadian traumatis dan yang sudah dituliskan pada
buku harian klien pada sesi 1.
b. Terapis
mendiskusikan dengan klien tentang perilaku negatif yang mau dirubah.
c. Terapis
bersama klien mengidentifikasi perilaku positif yang dimiliki klien
d. Terapis
menjelaskan tentang cara untuk mengubah satu perilaku negatif dan menggantinya
dengan perilaku yang baru (cara berkomunikasi dan interaksi sosial yang benar)
e. Terapis
menjelaskan pada klien tentang konsekuensi positif dan konsekuensi negatif
terhadap perilaku baru yang dipelajari
f. Terapis
membantu klien mempraktekkan perilaku baru yang disepakati
g. Terapis
bersama klien membuat komitmen tentang bagaimana klien dan terapis menerapkan konsekuensi
positif dan negatif
4.
Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis
menanyakan pada klien perasaan setelah latihan perilaku positif untuk mengatasi
perilaku negatif
2) Terapis
menanyakan perasaan klien setelah menentukan perilaku baru yang dipelajari
3) Terapis
menanyakan perilaku negatif lain yang timbul akibat pikiran otomatis yang
negatif
b. Tindak lanjut
1) Anjurkan
klien untuk mempraktekkan perilaku baru yang disepakati
2) Bantu
klien memasukkan kegiatan mempraktekkan perilaku baru dalam jadwal kegiatan
harian klien yang diberikan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati
topik percakapan pada sesi 4 yaitu kemampuan klien merubah perilaku negatif
yang kedua menjadi perilaku positif dan menerapkan terapi secara konsisten.
2) Menyusun
rencana perilaku yang ditampilkan dengan memberikan konsekwensi positif dan
konsekwensi negatif kepada klien
3) Menyepakati
waktu dan tempat untuk pertemuan sesi 4
F.
Evaluasi dan Dokumentasi
1.
. Evaluasi proses
Evaluasi
dilakukan saat proses CBRT berlangsung, khususnya fase kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan menyusun rencana perilaku baru yang positif yang
ditampilkan dengan memberikan konsekuensi positif dan konsekuensi negatif
kepada klien
Format Evaluasi Proses
Sesi
3. CBRT: Terapi Perilaku

* :
nilai 1 apabila perilaku dilakukan dan 0 apabila tidak dilakukan
** : apabila nilai Bila nilai ≥ 4 : klien
dapat melanjutkan ke sesi
berikutnya. Apabila nilai ≤ 3 :
klien harus mengulangi sesi
2.
Dokumentasi
Dokumentasikan
kemampuan yang dimiliki klien saat terapi perilaku kognitif pada catatan proses
keperawatan. Jika dianggap mampu, catatan keperawatan : klien mengikuti terapi
perilaku kognitif sesi 3, klien mampu menyusun rencana perilaku baru yang
positif yang ditampilkan dengan memberikan konsekuensi positif dan negatif
kepada klien. Klien dapat melanjutkan untuk mengikuti sesi 4. Jika klien
dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti terapi
perilaku kognitif sesi 3, klien belum mampu menyusun rencana perilaku baru yang
positif yang ditampilkan dengan memberikan konsekuensi positif dan konsekuensi
negatif kepada klien. Dianjurkan klien untuk melatih diri secara
mandiri/mengulangi sesi 3.
SESI
IV CBRT: Reward Therapy
PROSES
PELAKSANAAN TERAPI PERILAKU REWARD THERAPY
A.
Pelaksanaan Terapi Perilaku Reward Therapy
Modul
terapi perilaku Reward Therapy
ini diberikan sebagai terapi individu. Berikut ini akan
dijelaskan
aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi perilakuReward Therapy.
1.
Terapis
Peran
terapis pada tahap awal peran terapis adalah :
a. Menjelaskan
tujuan terapi perilaku reward therapy
b. Menjelaskan
manfaat terapi perilaku reward therapy
c. Mengadakan
kontrak awal yang jelas
d. Melatih
kemampuan yang diharapkan sesuai masalah klien
e. Melakukan
observasi akan kemampuan klien
2.
Proses kerja
a.
Persiapan
1) Melakukan
seleksi klien Skizofrenia yang akan diikutsertakan dalam terapi perilaku token
ekonomi
2) Membuat
kontrak waktu dengan klien
b.
Pelaksanaan
Proses
pelaksanaan terapi perilaku token ekonomi terdiri dari 4 (empat) sesi:
1) Sesi
1 Mengadakan kontrak melatih kemampuan klien ke satu
2) Sesi
2 Melatih kemampuan klien ke dua
3) Sesi
3 Melatih kemampuan klienketiga
4) Sesi
4 : Mengungkapkan manfaat dan hasil dari latihan tiap sesi sertamerencanakan
tindak lanjut.
c.
Evaluasi dan dokumentasi
1) Melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan terapi perilaku reward therapy
2) Melakukan
pendokumentasian terhadap proses dan hasil terapi yang dilakukan klien
PETUNJUK
PELAKSANAAN TERAPI PERILAKU REWARD
THERAPY
SESI
I : Mengadakan kontrak, melatih kemampuan klien
A.
Tujuan
1. Klien
dapat menyepakati program terapi reward therapi
2. Klien
dapat melakukan perubahan perilaku yang negatif ke positif
3. Klien
dapat melatih kemampuan klien.
4. Klien
dapat melaksanakan kemampuan
B.
Langkah-langkah
1.
Persiapan
a. Mengingatkan
klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a. Salam
terapeutik
1) Salam
dari terapis kepada klien
2) Memperkenalkan
nama dan panggilan terapis, kemudian menanyakan namadan panggilan klien
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien
dan menanyakan kegiatan
c. Kontrak
1) Menjelaskan
tujuan pertemuan, untuk mengetahui kemampuan klien
2) Terapis
mengingatkan langkah-langkah setiap sesi sebagai berikut :
a) Menyepakati
pelaksanaan terapi 4 sesi
b) Lama
kegiatan sesi 1 : 20 menit, sesi 2 : 15-20 menit, sesi 3 : 15-20 menit, sesi 4:
15-20 menit.
c) Klien
dapat mengikuti sesi 1 ini dari awal sampai akhir danmemahami kontrak yang akan
dibuat bersama terapis.
3.
Kerja
a) Menanyakan
kepada klien tentang kemampuannya
b) Memberi
pujian atas kemampuan positif yang
dimiliki klien.
c) Terapis
mencatat kemampuan positif klien
d) Terapis
menjelaskan tentang terapi token ekonomi kepada klien yang terdiri dari 3 bagian
e) Memberikan
kesempatan klien untuk bertanya
f) Melatih
kemampuan klien dengan metode:terapis memodelkan / mendemonstrasikan
g) Terapis
memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien yang telah dilakukan
dan menjelaskan makna dari
melakukan kemampuan dengan benar
h) Memberikan
kesempatan klien untuk bertanya
i)
Terapis memberikan
pujian atas kemampuan Klien yang dimiliki.
j)
Terapis
menanyakan kembali kebiasaan klien menghadapi masalah
k)
Klien
melakukan kembali / redemostrasi cara yang disepakati
l)
Terapis
juga dapat menggunakan lembar observasi dan wawancara dalam melatih
klien
m)
Pengurangan
poin token akan dilakukan jika klien tidak mampu melakukanseparuh dari
ketentuan yang telah disepakati.
5. Terminasi
a. Evaluasi
1)
Subyektif:
Menanyakan perasaan klien setelah selesai sesi 1
2)
Obyektif
a)
Menyimpulkan
hasil diskusi sesi 1
b)
Menanyakan
kembali tentang tehnik yang sudah dilakukan
c)
Memberikan
umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan klien dalam menyampaikan
hal-hal positif yang dimiliki dan kemampuan klien dalam mempelajari
d)
Memasukkan
dalam jadwal kegiatan
b. Tindak Lanjut
a)
Menganjurkan
klien untuk memperaktekkan kemampuan klien
b)
Menyepakati
jadwal
c)
Menyepakati
tehnik
c. Kontrak yang akan
datang
a)
Menyepakati
topik sesi 2
b)
Menyepakati
waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
DOKUMENTASI
SESI I

SESI
II :. Melatih kemampuan kedua klien
A.
Tujuan
1. Klien
dapat melatih kemampuan
2. Klien
dapat melaksanakan kemampuan
B.
Langkah-langkah kegiatan
1.
Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a. Salam
terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan
bagaimana perasaan klien
2) Menanyakan
kepada klien tentang kegiatan kemarin yang telah dilakukan
3) Meminta
klien untuk menjelaskan tehnik yang biasa dia lakukan
4) Memberi
pujian jika klien telah melakukan
c. Kontrak
1) Menyepakati
terapi sesi 2
2) Menjelaskan
tujuan sesi 2 yaitu melatih kemampuan klien
3) Menjelaskan
pemberian token sesuai dengan perilaku yang akan dirubah.
4) Menyepakati
tempat dan waktu
3.
Kerja
a. Melatih
kemampuan klien dengan metode : terapis memodelkan/mendemonstrasikan :
b. Klien
melakukan kembali / redemostrasi
c. Terapi
memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien yang telah dilakukan dan
menjelaskan makna dari melakukan kegiatan dengan benar
d. Memberikan
kesempatan klien untuk bertanya
e. Terapis
memberikan pujian atas kemampuan Klien yang dimiliki.
4.
Terminasi
a.
Evaluasi
1)
Subyektif: Menanyakan perasaan klien setelah selesai sesi 2
2)
Obyektif
a) Menyimpulkan
hasil diskusi sesi 2
b) Menanyakan
kembali proses melakukan kegiatan
c) Memberikan
umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan klien
d) Memasukkan
dalam jadwal
b.
Tindak Lanjut
1) Menganjurkan
klien untuk memperaktekkan kembali kemampuan klien
2) Menyepakati
tehnik melakukan kegiatan
c.
Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati
topik sesi 2 yaitu Melatih klien sesuai dengan kemampuan positif
yang teridentifikasi pada sesi 1
2)
Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
DOKUMENTASI
SESI II

SESI
III : Melatih kemampuan ketiga klien
A.
Tujuan
1. Klien
dapat melatih kemampuan
2. Klien
dapat melaksanakan kemampuan merawat diri
B.
Langkah-langkah kegiatan
1.
Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a.
Salam terapeutik
Salam
dari terapis kepada klien
b.
Evaluasi/validasi
1) Menanyakan
bagaimana perasaan klien
2) Menanyakan
kepada klien tentang kegiatan kemarin yang telah dilakukan
3) Meminta
klien untuk menjelaskan tehnik yang biasa dia lakukan
4) Memberi
pujian jika klien telah melakukan
c.
Kontrak
1) Menyepakati
terapi sesi 3
2) Menjelaskan
tujuan sesi 3 yaitu melatih kemampuan klien dalam melakukan kegiatan
3) Menjelaskan
pemberian token sesuai dengan perilaku yang akan dirubah.
4) Menyepakati
tempat dan waktu
3.
Kerja
a. Melatih
kemampuan klien dalam hal yang disepakati dengan metode : terapis
memodelkan/mendemonstrasikan
b. Klien
melakukan kembali / redemostrasi
c. Terapi
memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien yang telah dilakukan dan
menjelaskan makna dari melakukan kegiatan dengan benar
d. Memberikan
kesempatan klien untuk bertanya
e. Terapis
memberikan pujian
atas kemampuan Klien yang dimiliki.
f. Token
yang didapat oleh klien jika melakukan hal ini semua adalah 6 token
g. Jika
klien tidak dapat melakukan semua maka token dihitung sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki klien.
4.
Terminasi
a.
Evaluasi
1) Subyektif:
Menanyakan perasaan klien setelah selesai sesi 3
2) Obyektif
a) Menyimpulkan
hasil diskusi sesi 3
b) Menanyakan
kembali proses melakukan kegiatan
c) Memberikan
umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan klien dalam mempelajari
kemampuan
b.
Tindak Lanjut
1) Menganjurkan
klien untuk memperaktekkan kemampuan klien sesuai yang telah diajarkan
2) Menyepakati
tehnik melakukan kegiatan
c.
Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati
topik sesi 4 yaitu: Mengungkapkan manfaat dan hasil dari latihan
sesi 1, 2, 3 serta merencanakan
tindak lanjut
2) Menyepakati
waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
DOKUMENTASI
SESI III

SESI
IV : Mengungkapkan manfaat dan hasil dari latihan tiap sesi serta
merencanakan
tindak lanjut.
A.
Tujuan
1. Klien
dapat mengetahui manfaat latihan pada tiap sesi
2. Klien
dapat membuat perencanaan tindak lanjut untuk dirinya
B.
Langkah-langkah kegiatan
1.
Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a.
Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan
bagaimana perasaan klien saat ini
2) Menanyakan
kepada klien tentang kegiatan klien setelah dilatih
3) Meminta
klien untuk mengulang kegiatan yang telah dilatihkan
4) Berikan
pujian setelah klien melakukannya
c. Kontrak
1) Menjelaskan
meyepakati sesi 4
2) Menjelaskan
tujuan sesi 4 yaitu : mengungkapkan manfaat dan hasil dari sesi 4 dan membuat
rencana tindak lanjut
3.
Kerja
a. Terapis
meminta klien menyampaikan manfaat apa yang didapatkan klien dalam latihan
b. Memberi
pujian atas kemampuan positif yang dimiliki klien
c. Merencanakan
melakukan supervisi setiap 2 minggu sekali untuk melihat kemampuan klien .
4.
Terminasi
a.
Evaluasi
1) Menyimpulkan
hasil diskusi sesi 4
2) Menanyakan
perasaan klien setelah selesai sesi 4
3) Memberikan
umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan klien dalammenyampaikan
manfaat yang didapatkan setelah melakukan sesi
b.
Tindak Lanjut
Menganjurkan
klien untuk selalu melatih kemampuan yang dilakukannya dirumah sakit maupun
dirumah nanti
c.
Kontrak yang akan datang
Menyepakati
rencana kontrak evaluasi kemampuan secara periodik
DOKUMENTASI
SESI IV

SESI V CBRT:
Evaluasi Terapi Kognitif Dan Terapi Perilaku dan Reward Therapy
Langkah
berikut adalah untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengalaman klien dengan
masalah dengan menggunakan analisis perilaku. Analisis ini terdiri dari tiga
bagian (ABC dari perilaku):
1.
Antecedent: stimulus atau isyarat yang terjadi sebelum perilaku dan
mengarah ke
manifestasinya.
2.
Behaviour/Perilaku: apa yang orang katakan atau tidak katakan atau
lakukan.
3.
Consequence/Konsekuensi: apa efeknya (positif, negatif, atau netral)
orang berpikir hasil dari perilaku
Antecedent:
dapat mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, atau perilaku seseorang,
perasaan, atau pikiran. Perilaku dapat dipecah menjadi tindakan diskrit atau
serangkaian langkah. Konsekuensi dapat dilihat sebagai imbalan kuat atau
hukuman dari tindakan seseorang. Jadi masing-masing adalah elemen penting dari
penilaian. Contoh dari analisis perilaku adalah sebagai berikut masalah:
kecemasan, konsekuensi yang ditakuti : takut kehilangan kontrol atau sekarat, antecedent/kejadian
: meninggalkan rumah, perilaku : menghindari toko, restoran, dan tempat-tempat
umum dan konsekuensi : pembatasan kegiatan sehari-hari. Cara lain untuk menilai
pengalaman seseorang adalah untuk mempertimbangkan
ketiga
sistem (Tindakan ABC's) yang berhubungan dalam kerangka terapi Afektif, tanggapan
emosional atau perasaan. Perilaku, manifestasi lahiriah dan tindakan dan
Kognitif, pemikiran tentang situasi. Ketiga unsur tersebut saling
terkait dalam menjelaskan perilaku manusia karena perasaan mempengaruhi
pemikiran, berpikir mempengaruhi tindakan serta tindakan mempengaruhi perasaan
Terapi kognitif dan perilaku yang telah dilatih pada sesi sebelumnya akan
dievaluasi pelaksanaannya pada sesi ini. Klien akan diminta untuk
mendemonstrasikan cara merubah pikiran negatif yang mengganggu menjadi pikiran
positif dan perilaku negatif menjadi perilaku positif yang dapat diterima oleh
orang lain dan lingkungan.
STRATEGI
PELAKSANAAN KEGIATAN SESI IVCBRT: Evaluasi
Terapi
Kognitif Dan Terapi Perilaku dan Reward Therapy
A.
Tujuan
1. Klien
mampu merubah pikiran negatif menjadi pikiran positif
2. Klien
mampu merubah perilaku negatif menjadi perilaku positif
3. Klien
mampu menerapkan terapi secara konsisten.
B.
Setting
1. Pertemuan
dilakukan di salah satu ruangan yang ada di ruang rawat inap klien
2. Suasana
ruangan harus tenang
3. Klien
duduk berhadapan dengan terapis
C.
Alat
1. Format
evaluasi proses
2. Format
dokumentasi
3. Format
jadwal kegiatan harian
4. Alat
tulis
D.
Metode
Diskusi
dan tanya jawab
E.
Langkah-Langkah Kegiatan
1.
Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a. Salam
terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan
bagaimana perasaan klien saat ini
2) Menanyakan
pada klien tentang kemampuan melatih cara mengatasi pikiran otomatis negatif
dan menyusun rencana perilaku positif yang ditampilkan dengan memberikan
konsekuensi positif dan konsekuensi negatif kepada klien
3) Memberikan
pujian atas keberhasilan klien dalam usaha untukmenyelesaian masalah.
c. Kontrak
1) Menyepakati
pertemuan sesi 4
2) Menjelaskan
tujuan terapi sesi 4 yaitu mengevaluasi :
a) kemampuan
klien mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif
b) kemampuan
merubah perilaku negatif menjadi perilaku positif
c) kemampuan
menerapkan terapi secara konsisten.
3) Menyepakati
tempat dan waktu pertemuan sesi 4
3.
Fase Kerja
a. Terapis
menanyakan perilaku mana yang akan dipraktekkan sebagai contoh.
b. Terapi
memberikan konsekuensi sesuai dengan hasil perilaku yang dicontohkan
c. Terapis
memberikan dukungan dan semangat pada kemajuan yang dicapai klien
d. Terapis
memberikan feedback atas kemajuan dan perkembangan terapi.
e. Terapis
mengingatkan klien untuk menerapkan terapi secara konsisten dengan tetap
menggunakan metode 3 (tiga) kolom dalam mengatasi pikiran negatif dan
mempraktekkan perilaku baru yang adaptif
f. Terapis
mengevaluasi pelaksanaan tindakan tingkah laku dengan konsekuensi-konsekuensi
yang telah disepakati.
4.
Terminasi
a.
Evaluasi
1)
Terapis menanyakan
perasaan klien setelah melaksanakan perilaku baru yang dipelajari
2)
Terapis menanyakan pada
klien pikiran positif yang muncul saat ini.
3)
Terapis menanyakan pada
klien perilaku baru apa yang akan dilakukan
4)
Berikan pujian untuk
jawaban klien
b.
Tindak lanjut
1) Anjurkan
klien untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara positif
2) Anjurkan
klien untuk tetap menerapkan perilaku baru yang disepakati
3) Anjurkan
klien untuk tetap menerapkan terapi secara konsisten dengan menerapkan metode 3
(tiga) kolom dan melaksanakan perilaku baru yang positif
4) Masukkan
kegiatan dalam jadwal kegiatan harian klien.
c.
Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati
topik percakapan sesi 5 yaitu membantu klien untuk secara aktif membentuk
pikiran positif dan perilaku adaptif dalam setiap masalah yang dihadapi.
2) Menyepakati
waktu dan tempat untuk pertemuan ke...
F.Evaluasi
Dan Dokumentasi
1. Evaluasi
proses
Evaluasi
dilakukan saat proses terapi perilaku kognitif berlangsung, khususnyaNpada
tahap fase kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klienmengubah pikiran
negatif menjadi pikiran positif, kemampuan merubahperilaku negatif menjadi
perilaku positif, kemampuan menerapkan terapisecara konsisten dengan
konsekuensi-konsekuensi yang telah disepakati.
Format
Evaluasi Proses CBRT
Sesi
4. CBRT: Evaluasi Terapi Kognitif dan Terapi Perilaku dan Reward Therapy

2.
Dokumentasi
Dokumentasikan
kemampuan yang dimiliki klien saat terapi perilaku kognitif pada catatan proses
keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti terapi perilaku kognitif sesi 4, klien mampu mengubah pikiran negatif
menjadi pikiran positif, merubah perilaku negatif menjadi perilaku positif,
menerapkan terapi secara konsisten dengan konsekuensi-konsekuensi yang telah
disepakati. Klien dapat melanjutkan untuk mengikuti sesi 5. Jika klien dianggap
belum mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti terapi perilaku
sesi 4, klien belum mampu mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif,
merubah perilaku negatif menjadi perilaku positif, menerapkan terapi secara
konsisten dengan konsekuensi yang telah disepakati. Klien dianjurkan untuk
melatih diri secara mandiri /mengulangi sesi 4
SESI
V CBRT: Kemampuan Merubah Pikiran Negatif Dan Perilaku Maladaptif
Untuk
Mencegah Kekambuhan
Pikiran
akan mempengaruhi respon emosi dan perilaku. Pikiran yang positif akan
menghasilkan perasaan dan perilaku yang positif dan dapat diterima oleh orang
lain sehingga dapat menimbulkan kenyamanan. Ketrampilan berpikir dan
berperilaku positif harus dilatih secara terus menerus sehingga menjadi suatu
kebiasaan dalam hidup. Kunci untuk mencegah kekambuhan adalah kesadaran dari
awal mengenali perilaku kambuh. Sekitar 70% dari klien dan 90% dari keluarga
mampu melihat gejala kekambuhan penyakit, dan hampir semua klien tahu kapan
gejala kambuh muncul. Fase prodromal terjadi sebelum kambuh (Stuart, 2009).
Fase prodromal adalah waktu antara timbulnya gejala dan kebutuhan
untukperawatan. Dengan mayoritas klien dan keluarga menunjukkan periode
prodromal yang berlangsung lebih dari 1 minggu, adalah penting bahwa perawat
berkolaborasi dengan klien, keluarga, dan anggota keluarga mengenai terjadinya
kambuh. Mengidentifikasi dan mengelola perilaku dan gejala membantu mengurangi
jumlah dan keparahan relaps/kekambuhan. Pengajaran untuk klien dan keluarga
adalah intervensi efektif yang dapat memberikan mereka kendali atas kehidupan
mereka dan menurunkan jumlah atau panjang rawat inap. Semakin banyak penelitian
telah menunjukkan penurunan yang signifikan dalam tingkat kambuhan sebagai
hasil dari intervensi psiko-pendidikan (Magliano et al, 2006). Panduan untuk
Klien dalam mencegah kekambuhan (Stuart, 2009) adalah pergi ke lingkungan yang
aman dengan seseorang yang bisa membantu Anda jika bantuan diperlukan. Orang
ini harus dapat memonitor perilaku yang menunjukkan kambuh makin parah.
Mengurangi stres dan tuntutan pada diri sendiri. Ini termasuk mengurangi
rangsangan. Beberapa orang menemukan sebuah ruangan yang tenang di mana mereka
dapat sendiri, mungkin dengan musik lembut. Teknik relaksasi atau teknik
distraksi dapat bekerja untuk Anda. Sebuah tempat yang tenang di mana Anda
dapat berbicara dengan satu orang yang Anda percayai sering membantu. Minum
obat
jika
ini merupakan bagian dari program anda. Bekerja dengan resep Anda untuk
menentukan apakah obat dapat berguna dalam mengurangi kambuh. Obat yang paling
bermanfaat bila digunakan dengan lingkungan yang aman, tenang dan pengurangan
stres. Bicara dengan orang yang terpercaya tentang apa suara-suara yang
mengatakankepada Anda atau tentang pikiran Anda mengalami. Orang ini perlu
mengetahui didepan waktu yang Anda akan panggilan jika Anda memerlukan bantuan.
Hindari negatif orang-orang yang mengatakan hal-hal seperti, Anda berpikir gila
'atau "Stop berbicara negatif" Pada sesi ini klien diajarkarkan cara
mencegah kekambuhan dengan menerapkan terapi kognitif dan perilaku dalam setiap
kejadian yang mengganggu klien melaluilatihan terjadwal. Klien juga diajarkan
tentang pemahaman terhadap psikofarmaka dalam upaya mencegah kekambuhan.
STRATEGI
PELAKSANAAN KEGIATAN SESI V. CBT: Kemampuan Merubah Pikiran Negatif Dan Perilaku
Maladaptif Untuk Mencegah Kekambuhan
A.
Tujuan
1. Klien
mampu secara aktif membentuk pikiran positif dan perilaku positif dalam setiap
masalah yang dihadapi terutama jika mengalami kejadian traumatis.
2. Klien
mampu memahami pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas lainnya disamping
terapi perilaku kognitif untuk mencegah kekambuhan reaksi terhadap kejadian
traumatis.
3. Klien
mampu mempertahankan pikiran positif dan perilaku positif secara mandiri dan
berkesinambungan
B.
Setting
1. Pertemuan
dilakukan di salah satu ruangan yang ada di ruang rawat inap klien
2. Suasana
ruangan harus tenang
3. Klien
duduk berhadapan dengan terapis
C.
Alat
1. Format
evaluasi proses
2. Format
dokumentasi
3. Format
jadwal kegiatan harian
4. Alat
tulis
D.
Metode
Diskusi
dan tanya jawab
E.
Langkah-Langkah Kegiatan
1.
Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a. Salam
terapeutik
1) Salam
dari terapis kepada klien
2) Panggil
klien sesuai nama panggilan
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan
tentang kemampuan klien dalam mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif,
kemampuan merubah perilakunegatif menjadi perilaku positif, kemampuan
menerapkan terapi secara konsisten dengan konsekuensi-konsekuensi yang telah disepakati.
2) Menanyakan
apakah metode 3 kolom tetap diterapkan dalam mengubah pikiran negatif dan
perilaku maladaptif yang masih muncul.
3) Jika
sudah, berikan konsekwensi positif dan jika belum, berikan konsekwensi negatif
yang disepakati
c.
Kontrak
1) Menyepakati
pertemuan kelima
2) Menjelaskan
topik percakapan sesi V yaitu
a) membantu
klien untuk secara aktif membentuk pikiran positif dan perilaku positif dalam
setiap masalah yang dihadapi
b) membantu
klien memahami pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas lainnya disamping
CBRT untuk mencegah kekambuhan
c) melakukan
pikiran positif dan perilaku positif secara mandiri dan berkesinambungan
d) Menyepakati
tempat dan waktu
3.
Fase Kerja
a. Terapis
menganjurkan klien untuk tetap meningkatkan kemampuan untuk menggunakan pikiran
positif tentang diri dan berperilaku positif yang telah disepakati
b. Terapis
memberikan konsekuensi positif terhadap pikiran positif dan perilaku adaptif.
c. Terapis
mendiskusikan apa yang akan dilakukan klien sendiri.
d. Terapis
menganjurkan klien untuk mencatat kegiatan yang akan dilakukan sendiri
e. Terapis
menjelaskan pada klien pentingnya terapi lain seperti psikofarmaka dan terapi
modalitas lain untuk membantu mencegah kekambuhan apabila mengalami kejadian traumatis
pada waktu yang akan datang.
f. Terapis
menyepakati dengan klien untuk mempertahankan pikiran positif dan perilaku
adaptif secara mandiri dan berkesinambungan
g. Terapis
bersama klien menyimpulkan untuk secara aktif membentuk pikiran positif dan
perilaku adaptif dalam setiap masalah yang dihadapi.
4.
Terminasi
a.
Evaluasi
1) Terapis
mengevaluasi kemampuan klien untuk secara aktif membentuk pikiran positif dan
perilaku positif dalam setiap masalah yang dihadapi dan kemampuan klien
memahami pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas lainnya selain terapi perilaku
kognitif untuk mencegah kekambuhan.
2) Terapi
menanyakan perasaan klien setelah menyepakati untuk mempertahankan pikiran
positif dan perilaku positif secara mandiri dan berkesinambungan
3) Berikan
pujian atas keberhasilan klien
b.
Tindak lanjut
1) Anjurkan
klien untuk mempertahankan pikiran positif dan perilaku positif secara mandiri
dan berkesinambungan dan aktif membentuk pikiran dan perasaan positif serta
berperilaku positif.
2) Catat
kegiatan yang dilakukan dalam jadwal kegiatan harian klien.
c.
Kontrak yang akan datang
Mengakhiri
pertemuan untuk terapi perilaku kognitif dan disepakati jika klien perlu terapi
modalitas lainnya.
F.
Evaluasi dan Dokumentasi
1.
Evaluasi proses
Evaluasi
yang dilakukan saat proses terapi perilaku kognitif berlangsung, khususnya pada
tahap fase kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien untuk secara
aktif membentuk pikiran positif dan perilaku adaptif dalam setiap masalah yang
dihadapi, kemampuan klien memahami pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas
lainnya disamping terapi perilaku kognitif untuk mencegah kekambuhan,
mempertahankan pikiran positif dan perilaku adaptif secara mandiri dan
berkesinambungan.
Format evaluasi proses CBRT
Sesi 5. CBRT : Kemampuan merubah pikiran negatif dan
perilaku
negatif untuk mencegah kekambuhan


2.
Dokumentasi
Dokumentasikan
kemampuan yang dimiliki klien saat terapi perilaku kognitif pada catatan proses
keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti terapi perilaku kognitif Sesi 5, klien mampu secara aktif membentuk
pikiran positif dan perilaku positif dalam setiap masalah yang dihadapi, klien
mampu memahami pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas lainnya disamping
terapi perilaku kognitif untuk mencegah kekambuhan, klien mempertahankan
pikiran positif danperilaku positif secara mandiri dan berkesinambungan. Jika
klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti
terapi perilaku kognitif sesi 5, klien belum mampu secara aktif membentuk
pikiran positif dan perilaku adaptif dalam setiap masalah yang dihadapi,
memahami pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas lainnya disamping terapi
perilaku
kognitif untuk mencegah kekambuhan, melakukan mempertahankan pikiran positif
dan perilaku positif secara mandiri dan berkesinambungan, dianjurkan klien
untuk melatih diri secara mandiri /mengulangi sesi 5
BAB III
PENUTUP
Gangguan
yang dialami klien gangguan jiwa dapat membawa dampak yang negatif pada
aspek-aspek kehidupannya karena akan mempengaruhi kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotornya. Cara berpikir juga akan berubah, cenderung memiliki pola
pikir yang negatif sehingga pada akhirnya akan mengganggu fungsinya sebagai
manusia dan kemampuan dalam interaksi social dengan orang lain juga menurun.
Salah satu terapi yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan klien gangguan
jiwa dalam memenuhi kebutuhannya dengan dilakukan terapi perilaku kognitif .
Menurut NACBT (2007) terapi perilaku kognitif adalah suatu bentuk psikoterapi
yang menekankan pada pentingnya proses berpikir dalam bagaimana hal berpikir
dan bertindak. Terapi perilaku kognitif fokus pada perasaan distress, pikiran,
dan perilaku yang nantinya mengarah pada perubahan yang positif (NICE, 2005).
Individu yang menerima terapi perilaku kognitif pada akhirnya diharapkan
memiliki pikiran yang positif sehingga akan memperlihatkan perilaku yang juga
positif dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Terapi perilaku
kognitif reward Tujuan akhirnya adalah klien mampu kembali melakukan daily
activity secara mandiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Alexopoulos
G.S., Raue, P., Kiosses, D.N., Mackin, R.S., Kanellopoulos, D., McCulloch C.,
&Areán, P.S. (2011). Problem solving therapy and supportive therapy in
older adults withmajor depression and executive dysfunction: Effect on
disability. Archives of GeneralPsychiatry, 63, 33-41.
American
Psychological Association (APA). (2004). Guidelines for psychological practice
with older adults. American Psychologist, 59, 236-260.
Areán,
P.A., Ayalon, L., Hunkeler, E.M., Tang, L., Unutzer, J., Lin, E., Harpole, L.,
Williams, &J., Hendrie, H. (2005a). Improving depression care in older
minority primary care patients. Medical Care, 43, 381-390. DOI:
10.1097/01.mlr.0000156852.09920.b1
Areán,
P.A., Gum, A., McCulloch, C.E., Bostrom, A., Gallagher-Thompson, D., &
Thompson, L. (2005b). Treatment of depression in low-income older adults.
Psychological Aging, 20, 601- 609.
Areán,
P.A., Gum, A.M., Tang, L., & Unutzer, J. (2007). Service use and
outcomes among elderly persons with low incomes being treated for depression.
Psychiatric Services, 58, 1057-1064.
Bryant,
Sackville, Dang, Moulds & Guthrie. (1 46 eating acute stress
disorder : an evaluation
of cognitive behavior therapy and
suppor unseling techniques. Am J Psychiatry, 156, (1780-1786). 31 Maret
2010. http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/reprint/156/11/1780
Center
for CBT. Post traumatic stress disorder. 31 Maret 2012. http://www.centreforcbtcounselling.co.uk/ptsd.php
Cuijpers,
P., van Straten, A., Hollon, S.D., & Andersson, G. (2010). The
contribution of activemedication to combined treatments of psychotherapy and
pharmacotherapy for adultdepression: A meta-analysis. Acta Psychiatrica
Scandinavica, 121, 415-423.
Deacon,
B. J., & Abramowitz, J. S. (2005). Patients' perceptions of
pharmacological and cognitive-behavioral treatments for anxiety disorders.
Behavior Therapy, 36, 139-145.
Cully, J
A., Teten, A L.(2008).A Therapist’s guide to Brief Cognitive Behavioural
Therapy.
Department of Veterans Affairs.
Houston
Frieden,
R Thomas et al.(2011).Mental Illness Surveillance Among Adults in The United
States. Office of Surveillance, Apidemiology, and Laboratory Services. U.S.
Department of Health and Human Services, Atlanta, GA 30333.
Gati,
N.W., Mustikasari., Rahmah, H. (2016). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
terhadap perubahan Acute Stress Disorder (ASD) paska bencana longsor.
Tesis. Depok :FIK-UI